Rabu, 07 Juni 2017

Arisan


Ayo arisannnnn......
Di kalangan perempuan kata dan kegiatan ini sangat familiar.

Termasuk aku. Setiap awal bulan, aku ada arisan dasawisma di perumahan, di awal bulan pula arisan yang lain menanti, yakni dengan teman teman kantor.
Di pertengahan bulan ada arisan dengan komunitas seprofesi.
Dan di sembarang tanggal --tergantung kesepakatan bersama -- ada arisan dengan teman teman alumni kuliah. Dan tiga bulan sekali ada arisan keluarga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arisan/aris·an/ n adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya. Undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya;
Berarisan/ber·a·ri·san/ v bertemu (berkumpul) secara berkala untuk arisan

Di Indonesia, dalam budaya arisan, setiap kali salah satu anggota memenangkan uang pada pengundian, pemenang tersebut memiliki kewajiban untuk menggelar pertemuan pada periode berikutnya arisan akan diadakan.

Di dalam arisan ada bandar dan peserta arisan. Tentu saja juga uang yang beredar. Nilainya macam-macam. Ada yang arisan hanya Rp 100 ribu. Ada pula yang pasang Rp 300 ribu, Rp 500 ribu, Rp 1 juta. Untuk kalangan berpunya dan sosialita, tentu bisa dibayangkan berapa nilai arisannya. Arisan ini bisa berupa arisan uang atau arisan barang. Barang biasanya alat- alat elektronika, motor, dll. Tapi paling banyak dan mudah menjalankannya adalah arisan uang.

Bandar arisan adalah posisi terpenting di setiap kelompok arisan. Tugas bandar ini macam-macam. Paling utama adalah menagih uang arisan peserta, kemudian mengurus tempat arisan, mengumpulkan atau mengundang peserta (woro-woro).

Urusan menagih setoran arisan itu tak mudah, karena tidak selalu lancar. Ada peserta yang sudah paham “kewajibannya” langsung bayar, tapi ada juga yang mesti ditagih dan diingatkan. “Kadang tak cukup sekali lo menagihnya,” kata Novi, yang “rajin” jadi bandar arisan. Makanya, setiap bandar punya cara sendiri untuk memudahkan tugasnya menagih. 

Lantaran kemudahan teknologi, arisan pun kini mudah. Tak selalu harus bertemu fisik. Tapi model begini menuntut tingkat kepercayaan sangat tinggi. Uang tinggal transfer ke rekening “bandarnya”. Yang dapat arisan pun tinggal ditransfer. Ini biasanya terjadi bila urutan yang menarik arisan sudah ditentukan di awal pertemuan. Jadi misalnya 10 orang peserta arisan. Yang pertama adalah si A, kemudian B, C, dan seterusnya. Ini biasanya terjadi pada arisan dengan teman-teman kantor. Tak perlu “ngumpul” bertemu muka dan bayar arisan. 

Aku sendiri senang banget kalau dapat urutan terakhir hehehe. Setelah narik kan nggak perlu setor setor lagi. Tapi andai dapat di urutan awal–awal ya  nggak masalah juga.

Arisan bagi beberapa perempuan adalah sarana untuk menabung (nyelengi). Ketimbang habis di dompet. Meski punya tabungan di bank, arisan boleh dibilang lebih seru dan asyik-asyik saja. 

Arisan pun menjadi alasan untuk bisa bertemu. Bertemu tetangga, teman, sahabat, saudara, atau keluarga. Kalau ada embel-embel arisan, pasti diupayakan untuk datang karena bisa bertemu si A si B. Dan pulangnya kalau beruntung, ya dapat rejeki arisan. Kalau kurang beruntung, tidak juga terlalu menyesal. 

Yang penting silaturahmi, pul kumpul. Nanti kalau sudah bertemu kawan, obrolannya bisa macam-macam. Bisa bahas perjodohan buat yang masih lajang. Bisa diskusi tentang networking usaha bisnis. Silakan bahas habis tentang diet untuk menurunkan berat badan. Atau ngobrol tentang anak-anak dan hal lainnnya. Di tempat arisan pula, teman yang punya usaha, boleh membawa dagangannya di sana juga.

"Lagian arisan ini lo waktunya seenaknya polll. Dibuat dua tahun lalu, yang narik arisan baru dua orang, dan periode ketiga ini setelah 2 tahun tak bertemu. Coba bayangkan...," kata Lucya, bandar arisan alumni antro, UA.  
Tapi sekali lagi, peserta arisan ini asyik asyik saja. Yang penting seruuuu !!! .....*

Onny
8 Juni 2017


                                           horeeee...dapat arisan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar