Rabu, 20 Juli 2016

Rajin 'Membuang'....



“Upssss !!!...... “ spontan aku berucap saat mendengar anak bungsuku, Bening sibuk mencari baju seragam putih merahnya.
“Ibu seragam putih merahku dimana ya ? Besok harus dipakai saat upacara penerimaan siswa baru,” katanya seraya mencari-cari di lemari bajunya.
“Aduh Adik, maaf ya baju seragammu sudah dibawa ke Nganjuk,” kataku. Aku menyebut sebuah desa di kota kecil di Jawa Timur ini. Di sebuah desa itu, ada beberapa keluarga yang selalu siap menerima uluranku. Dalam bentuk apapun.
Suamiku marah, mendengar hal ini. Kok bisa secepat itu berpindah tangan. Sementara perpisahan kelas 6 SD, barusan selesai beberapa hari lalu.
Begitu tahu Bening sudah diterima di sekolah yang baru, sebagai murid baru sebuah SMP Negeri, kupikir seragam sekolahnya tak lagi baju atasan putih dan bawahan merah. Karena sudah SMP, seragamnya ganti putih biru. Maka ketika berkesempatan menyortir baju, seragam itu juga ikut kusingkirkan dari lemarinya. 
“Terus bagaimana ini  Bu ?” tanya Bening. “Ayoooo ikut ibu ke toko,” ajakku. Sebagai bentuk pertanggungjawabanku, malam itu juga aku membelikan seragam baru putih merah.
 *****
Apa yang terjadi malam itu, sebenarnya bukan pertama kali. Hal yang sama pernah kulakukan beberapa kali waktu silam. Kali itu yang jadi "korbannya" adalah baju dan celana panjang suamiku.
Saat itu kupikir baju-baju kausnya sudah harus disortir karena warnanya yang sudah mbulak (pudar). Bentuknya tak lagi bagus. Demikian juga celananya. Dan tampaknya lama tak pernah dipakai. Makanya kupilih dan kuberikan ke orang yang membutuhkan.
Ternyata setelah baju2 itu berpindah tangan, suamiku malah ingin memakainya.. ia tak menghendaki baju-baju itu berpindah tangan. Walah.....
Katanya, masih bisa dipakai untuk baju tidur, bisa digunakan ketika bersih-bersih rumah atau mencuci mobil. Untuk lap juga bisa.
Aku tetap tak mau disalahkan. Kubilang, “Kalau memberi itu kan harus yang baik. Bukan yang jelek-jelek kemudian diberikan.”
Korban lainnya adalah baju anak sulungku.
“Ibu ini terlalu rajin, jaketku kan masih bagus bu,” katanya setengah “memprotes” kebiasaanku. Jaket garis-garis yang kusortir itu adalah jaket kesayangannya. “Kan warnanya sudah pudar Mas. Lagi pula di ujung lengannya ada yang sobek,” kataku.
Tapi anakku tetap saja tak terima. Aku cuma tersenyum kecut. “Aku masih pingin pakai bu. Kalau buat naik motor kan gak masalah,” ujar Banyu, sulungku.

****
Jam menunjukkan pukul 23.00. Mata belum juga mengantuk. Tapi sedang enggan membaca majalah atau buku. Akhirnya tanganku segera menjelajah ke lemari pakaian. Dengan cepat aku merapikan baju-baju suamiku. Kemudian baju2ku sendiri. Saat merapikan ini sekaligus aku menyortir baju2 yang sudah tak muat lagi, baju yang lama tak dipakai, atau baju yang sudah jelek. Bahkan ada juga baju baru, yang karena berbagai alasan belum pernah dipakai sama sekali.
Itu yang selalu kulakukan setiap kali mata tak juga terpejam.  
Aku mengakui kalau kelewat rajin menyortir baju. Prinsipku, ketika aku mampu membeli satu baju baru, maka aku juga harus mengeluarkan satu baju lama. Ini yang membuat lemariku tak pernah penuh berjejal.
Rasanya aku bahagia sekali kalau bisa “membagi” baju-baju untuk keluarga yang membutuhkan.
Terkadang saat tidak beli baju baru pun, keinginan untuk menyortir begitu menggebu. Hahahah...kalau sudah membuka lemari baju malam-malam, wajah suamiku langsung berubah kuatir, “jangan-jangan jaket-jaket naik gunungku bakal dihabisi”....
Memang ada setumpuk jaket gunung dan beberapa menggantung di lemarinya. Dan tanganku sudah pingin banget menyingkirkannya hahahha......
Karena ? “Karena dia sudah lama banget tak mendaki...” *

Rabu, 13 Juli 2016

Kisah Kopi Tengah Malam

Siapapun paham dan hapal betapa nikmatnya aroma kopi. Demikian juga rasanya.
Menghirup aromanya saja sudah menenangkan, apalagi meneguknya.
Yang latte, capuccino, kopi putih, maupun yang kopi hitam. Semua punya kekhasan aroma dan rasa masing-masing.
Tapi jadi lain ceritanya kalau aroma kopi ini kuhirup pas tengah malam, tepatnya pukul dua dini hari. Aroma kopinya begitu kental dan kuat di kamarku, yang tak terlalu luas.
Ketika pertama kali mengalami hal ini, aku sendirian di kamar. OMG kutengok jam dinding, ini masih pukul 2 dini hari. Siapa yang membuat kopi malam-malam begini. Di luar jendela hanya terdengar suara gerimis yang tak juga henti, sejak senja tadi.
Aku tak punya nyali untuk beranjak. Yang kulakukan justeru aku makin merapatkan selimutku hingga seluruh kepalaku dan berusaha sekuat tenaga memejamkan mata kembali. Ya Tuhanku...aroma ini tak segera berlalu. Aku terus berdoa.
Sampai akhirnya aku tak ingat lagi aroma kopi itu menghilang jam berapa, karena aku sudah tertidur kembali, hingga azan Subuh membangunkanku.
Pagi kutanya anak-anakku. Mereka tak ada yang merasakan hal yang sama."Tidak mencium bau apa-apa Bu," kata sulungku.
Saat arisan dasawisma di perumahan, aku sempat bertanya pada tetangga dekat, dan beberapa ibu lain. Mereka seperti kompak menjawab, tidak pernah membaui aroma yang sama denganku.
Oh....
Kuceritakan pada suamiku, aku malah ditertawakan. Dia bilang, "Ada tetangga yang bikin kopi."
"Tapi kenapa malam-malam begitu."
"Lo ya gak masalah to. "
"Lagi pula kalau bikin kopi, masak, baunya sampai rumah kita," kataku agak sewot.
"Kena angin malam," kata suamiku lagi. 
***
Penasaranku belum terjawabkan. Tapi aku pun tak ingin mengingatnya.
Hingga suatu kali aku membaui lagi aroma yang sama. Dan waktunya pun sama. Pukul 2 dini hari.
Oh Tuhanku. Karena bau itu, aku otomatis terbangun. Makin lama, makin kuat. Kubangunkan suamiku, dengan sedikit paksa.
"Bangun dong. Ini lo, coba hirup baunya. Bau kopi..."
Dasar suamiku. Dia asal jawab saja,"Tetangga sebelah bikin kopi."
Sebelah mana? tanyaku. "Ini lo bau banget di kamar kita."
Tak ada jawaban. Matanya tak melek sama sekali. Dengkurannya berirama lagi. Sementara di luar rumah sunyi banget. Tak ada suara keramaian. Yang ada hanya desis angin.
Oh.... rasa takut menyergapku. Apalagi tiga hari lalu aku juga mendengar suara "aneh" dari atas rumah.
Dan seperti kejadian sebelumnya. Kutarik kencang-kencang selimutku hingga menutupi kepala. Serta berupaya keras, mata merem lagi.
Paginya kubahas lagi dengan suamiku. Dia cuma tertawa. "Bukan apa-apa. Ya mungkin ada yang bikin kopi."
Hmm....aku tak puas. Aku yakin itu aroma kopi yang baru dibuat, sangat kental.
Tapi aku harus tanya ke siapa lagi.
Kubiarkan penasaranku....Aku tak menemukan jawaban pasti
Antara takut, kuatir, dan macam-macam, aku coba searching di google. Kucari tulisan tentang "kalau membaui aroma kopi di waktu yang tidak tepat, dan tidak jelas sumbernya," berarti pertanda apa.
Di "opa" google tak kutemukan pembahasan tentang hal itu. Hanya kutemukansebuah berita di Bekasi, dimana aroma kopi selalu tercium  pukul 22 - 01 dinihari. Tapi itu pun tak jelas musababnya.
Penasaranku belum berujung...

******

Dua minggu, tiga minggu, empat minggu dari kejadian terakhir.
Sampai.....
Suatu siang, aku baca tulisan di spanduk kecil yang menempel di sekitar gerbang perumahan. RUMAH DIJUAL....lengkap dengan data luas tanah, luas bangunan, dan nomer telepon yang dapat dihubungi.
Adikku sedang berburu rumah. Mungkin ini cocok. Lokasinya tiga blok dari rumahku.
Kutelepon nomor itu. Tersambung. Tanpa perlu banyak bertanya, seorang wanita penerima telepon, yang ternyata juga pemilik rumah sudah menjelaskan panjang lebar.
"Dari depan rumahnya memang tampak kecil Bu. Tapi begitu Ibu masuk, di dalam sangat luas. Lha wong rumah itu saya pakai juga untuk usaha."
"Usaha apa ya Bu ?" tanyaku.
"Saya punya penggorengan kopi Bu," katanya.
Ibu punya penggorengan kopi?" tanyaku meyakinkan. Pikiranku langsung "nyetrum" ke aroma kopi.
Aku masih belum yakin. "Ibu nggoreng kopinya setiap hari, atau gimana ya Bu?"
"Oh ya nggak. Kalau stok sudah menipis saya baru menggoreng kopi."
"Kenapa ya Bu?"
"Oh gak pa pa," kataku. "Jam berapa biasanya ibu menggoreng kopi?"
Suami yang ada di sebelahku, kulihat mulai senyum-senyum.
"Ya biasanya saya nggoreng sebelum subuh gitu Bu, kadang ya jam 2 mulai sampai selesai. Ibu mau pesan ?"
"Ohhhh oke Bu. Nanti sore saya coba lihat ya rumahnya."
Komunikasi segera kuakhiri. Aku dan suami, langsung berteriak bersamaan.
"Nah sudah ketemu kan jawabannya. Bau kopi malam-malam itu...."
Walah, walah, aku terbahak...
 
 
 
 

Selasa, 05 Juli 2016

Tak Malu Jabat Tangan



Ingat slogan iklan sabun cuci "berani kotor" ? Atau tagline, "cuci tangan pakai sabun".
Hmm...aku suka tagline keduanya. Itu artinya mengedukasi siapapun untuk selalu bersih.
Termasuk aku di antaranya.
Tapi bagaimana dengan tanganku yang jadinya keseringan bersentuhan dengan sabun ?
Kulit telapak tanganku jadi ketat, kering, bahkan jadi malu untuk berjabat tangan. Harus mencari solusi ni..
Kucoba "jalan jalan" di dunia maya mencari produk / kosmetik yang dapat menjaga kehalusan kulit tangan. Setidaknya supaya tanganku nggak kasar kasar amat.
Oh ternyata banyak juga ya pilihannya. Beberapa brand terkenal malah punya banyak pilihan aroma handcream. 
Brand lokal juga ada. Jelajahanku akhirnya memilih hand cream aroma strawberry. Secara fisik kok lucu sih...




Setelah kubaca seksama dijelaskan kalau Esther Handcream ini memang diformulasikan khusus dengan kandungan wheatgerm oil dan pro vitamin B 5  yang baik untuk menutrisi kulit telapak tangan.

Saat kucoba ahai.....aromanya seperti permen bubble gum. Lembut banget. kuoleskan beberapa kali, tanganku yang kering menjadi lebih lembab, lembut dan halus.
Krimnya ringan banget.
Dan ternyata handcream juga dapat dimanfaatkan untuk melembutkan kuku. Kukuku juga mudah kering. Saat longgar, krim tangan ini kubuat sebagai masker kuku. Dibiarkan kurang lebih 1 jam.  Hasilnya oke juga.
Sayangnya setelah aku mengenal krim tangan ini, aku jadi sering banget mengoles oles telapak. Handcream jadi cepat habis.
Tapi di sisi lain, nggak kuatir lagi sesering apapun aku cuci tangan. 
Tertarik mencoba ? ^
www.estherhouseofbeauty.co.id
ig @esther_house_of_beauty
twitter @EstherHoB
facebook.com/esther.surabaya.1

 


Senin, 04 Juli 2016

Setelah 20 Tahun


Tak terpikir kalau 20 tahun kemudian aku bisa ke Sydney lagi. 14 Maret 2014 menjadi perjalanan indahku. Kujejaki kembali tempat ini bersama tiga temanku.  Ini yang berhasil kurekam dalam perjalanan indah ke Sydney dan Melbourne.







Beijing Tanpa Salju



Anomali cuaca membuat kota Beijing dan Tianjin di tahun 2011 hanya kebagian musim dingin yang tak bersalju. Suhu antara minus 3 –  minus 15 membuat dua kota besar di China ini hanya menikmati  suhu dingin berangin. Setiap mata memandang yang terlihat adalah pohon-pohon tanpa daun dan bunga, serta sungai- sungai yang beku. Untuk tanaman-tanaman yang bertahan di musim dingin, pemerintah kota "menghangatkannya" dengan menyelimutinya.
Kalau tahun lalu salju membuat Beijing kewalahan, karena sempat diserang badai salju. Maka di tahun ini, salju pertama muncul pada 10 Februari. Itu pun menurut kantor Berita Xinhua, hanya  beberapa jam. Setelah itu cuaca langsung cerah. Dan sampai tulisan ini diturunkan, tiada lagi ceceran salju.
Keinginan untuk menikmati salju di negeri pemilik Great Wall ini pun pupus sudah. Padahal bersama dua temanku, aku berharap dapat menikmatinya dalam perjalanan kali ke negeri China ini, akhir Januari. Salju memang masih ada di China, namun hanya turun di sebagian China Selatan, salah satunya di kota Guilin, yang terkenal memiliki lansekap cantik ini.
Zha Rhah, warga Beijing yang baru kukenal memang merasakan “kekurangan” itu. Namun dengan tidak turunnya salju, ia mengambil sisi positifnya. Ia bisa leluasa melakukan aktivitasnya dengan baik. Ini berbeda ketika salju turun. Kondisi yang licin kerap membuatnya tak berani keluar rumah.
Cuaca dingin yang berangin seperti yang kurasakan ternyata tak mengurangi antusiasme warga sekitar untuk memanfaatkan sungai yang membeku. Bermain ski di sungai di Bei Hai Park Beijing atau mencari ikan. Pemandangan serupa juga terjadi di Haihe River, Tianjin (saat gambar diambil suhu minus 7 derajat). Bahkan ada beberapa pemuda yang juga nekad “berendam” di pecahan es.
Beihai Park yang terletak di distrik pusat kota Beijing adalah taman kerajaan di Tiongkok zaman kuno. Luas taman ini 71 ha, merupakan taman istana di luar ibukota dari dinasti-dinasti Liao, Jin dan Yuan, dan taman kerajaan dinasti-dinasti Ming dan Qing. Beihai Park dijadikan taman umum sekitar tahun 1925 merupakan salah satu taman kerajaan paling kuno, paling utuh dan paling representatif. Tata ruangnya juga unik.
Di sekitar Bei Hai Park bertebaran corner-corner yang menyediakan cendera mata seperti keramik kahs China, teh dan perangkatnya, aneka topi rajutan, dan lainnya. Juga kafe-kafe yang buka hingga dini hari.
China memang menarik untuk dikunjungi. Semua bangunan sejarahnya berskala besar. Bisa satu kompleks perumahan besar di Indonesia. Di musim dingin seperti sekarang memang tak banyak wisatawan Indonesia yang mengunjungi China. Kebanyakan turis asing datang dari India, Inggris, dan Hongkong.
Berjalan mengelilingi tempat-tempat wisata itu lumayanlah untuk menghangatkan tubuh. Ini mengingat baju hangat yang kupersiapkan pun seolah tak kuasa menahan terpaan dingin.  Tangan dengan kaus tangan tebal pun masih serasa beku.
Aku tak melewatkan tempat favorit di Beijing yaitu Forbidden City, Tian An Men Square, Temple of Heaven, Bei Hai Park, The Summer Palace. Ini juga menjadi agenda hari pertamaku. Selain Temple of Heaven, yang juga menarik adalah Lama Temple, dan Temple of Confussious. Yang nonton Chow Yun Fat dalam Confussious perlu mengunjungi tempat tersebut.
Setelah mengunjungi The Ming Tombs, kami mampir ke The Scared Away. Tempat kedua ini memang tak banyak turis yang  menyempatkan kunjungannya. Untuk sekadar mengetahui sejarah panjang dinasti di China serta untuk foto-foto tempat ini layak diampiri.
The Ming Tombs adalah13 makam kaisar Dinasti Ming. Bangunan makam kaisar ini terbesar di dunia. Berada di kaki Gunung Yanshan, Distrik Changping, Beijing, luasnya sekitar 120 km persegi. Dalam kurun waktu 230 tahun sejak pembangunan Makam Changling (tahun1409) oleh Kaisar Yongle, Dinasti Ming sampai dimakamkannya Kaisar Chengzhen, kaisar terakhir Dinasti Ming, telah dibangun 13 makam kaisar yang sangat megah, 23 permaisuri, 2 putra mahkota, 30 lebih selir dan seorang kasim. Kini yang dibuka untuk umum adalah Makam Dingling dan Makam Changling. Di sini wisatawan dapat menyaksikan “istana bawah tanah” serta peti jenazah.
Begitu keluar dari istana bawah tanah, angin dingin “menyerbu” tanpa ampun di antara pohon-pohon yang berdiri kokoh di pemakaman. Dan makin terasa dingin mengiringi perjalanan menuju Great Wall.
Sangat istimewa ketika kaki menjejak di ujung pintu masuk Great Wall. Hembusan angin dingin tak dirasakan lagi karena perasaan senang yang membuncah. Tembok Besar China yang disebut sebagai salah satu keajaiban dunia ini merupakan tembok pertahanan yang dibangun dari satu titik ke titik lainnya. Tembok yang dibangun mulai tahun 1500 terdiri dari beberapa bagian yang tidak semuanya saling terhubung, namun terbagi atas section-section. Panjang totalnya lebih dari 6.000 km terbentang di sepanjang daerah utara daratan China, dan dibangun dari dinasti ke dinasti untuk menahan serangan dari Manchurian dan Mongolian.
Ada beberapa bagian dari Great Wall yang bisa dikunjungi wisatawan, misalnya Jinshaling, Mutianyu, Badaling, Simatai dan lainnya. Yang paling terkenal dan touristy adalah Badaling, karena paling dekat dengan Beijing, sudah direnovasi, dan dilengkapi sejumlah fasilitas seperti kafe untuk sekadar ngopi dan toko suvenir.
Lantaran itu, Badaling Great Wall sehari-harinya, terutama musim panas dan semi, sangat penuh oleh wisatawan. Bila lebih menyukai tantangan, disarankan mengunjungi Simatai Great Wall yang berjarak sekitar 120 km dari Beijing. Kelebihan Simatai dibandingkan Badaling adalah bagian temboknya masih original dan belum mengalami restorasi. Pemandangannya lebih indah karena ada sungai dan danau besar yang memisahkan tembok besarnya.
Badaling kala senja tentulah indah untuk diabadikan. Sayang matahari malu-malu. Makin larut, hembusan dingin makin menusuk. Untuk menghangatkan, Sup Rumput Laut, atau Beijing Roasted Duck layak dicoba. Tempat yang menyediakan menu favorit ini tersedia dimana-mana. Yang biasanya jadi jujukan para turis salah satunya adalah Donghuamen Night Market. Pusat jajanan terkenal ini menyediakan beragam pilihan. Tersedia pula aneka sea food, seperti kepiting, udang, cumi. Bahkan juga kalajengking. Tinggal pilih ingin dikukus/rebus, atau digoreng/bakar. Harganya beranjak dari 10 yuan. Untuk dessert pilihannya ada banyak sate aneka buah.
Selama musim dingin Beijing juga dihangatkan dengan lampu berwarna-warni, dalam Lights Festival. Kehangatan khas China juga bisa dirasakan ketika menyeduh teh, di sejumlah tea house. Yang terkenal ada di Ji Gu Ge Tea House, dan Ten’s Fu Tea di Wangfujing.
Aku dan dua temannya juga berburu teh. Temanku Herlina memilih Black Tea, aku Jasmine Tea, sedangkan Shinta Soedibjo, yang juga penggemar teh, memilih Blossom Tea. Dengan sabar Shinta menunggu saat-saat teh ini mekar dan memperlihatkan bunganya yang merah indah. Setelah itu teh dapat dihirup habis aroma maupun rasanya.
Di tea house, pengunjung bebas memilih jenis teh yang dikehendaki. Secangkir Blossom Tea, atau Jasmine Tea dapat dinikmati dengan harga kisaran 35 yuan RMB, atau sekitar 47 ribu rupiah.
Di tea house juga menyediakan bermacam teh yang bisa ditenteng untuk buah tangan. Selain teh, kain sutera China juga terkenal. Sasaran untuk belanja kain kunjungi saja Silk Market (Xiu Shui). Untuk barang-barang branded, Beijing punya seabrek mal yang menyediakan itu, ada Joy City, Solana, Place, dll. * Januari 2011