Senin, 04 Juli 2016

Beijing Tanpa Salju



Anomali cuaca membuat kota Beijing dan Tianjin di tahun 2011 hanya kebagian musim dingin yang tak bersalju. Suhu antara minus 3 –  minus 15 membuat dua kota besar di China ini hanya menikmati  suhu dingin berangin. Setiap mata memandang yang terlihat adalah pohon-pohon tanpa daun dan bunga, serta sungai- sungai yang beku. Untuk tanaman-tanaman yang bertahan di musim dingin, pemerintah kota "menghangatkannya" dengan menyelimutinya.
Kalau tahun lalu salju membuat Beijing kewalahan, karena sempat diserang badai salju. Maka di tahun ini, salju pertama muncul pada 10 Februari. Itu pun menurut kantor Berita Xinhua, hanya  beberapa jam. Setelah itu cuaca langsung cerah. Dan sampai tulisan ini diturunkan, tiada lagi ceceran salju.
Keinginan untuk menikmati salju di negeri pemilik Great Wall ini pun pupus sudah. Padahal bersama dua temanku, aku berharap dapat menikmatinya dalam perjalanan kali ke negeri China ini, akhir Januari. Salju memang masih ada di China, namun hanya turun di sebagian China Selatan, salah satunya di kota Guilin, yang terkenal memiliki lansekap cantik ini.
Zha Rhah, warga Beijing yang baru kukenal memang merasakan “kekurangan” itu. Namun dengan tidak turunnya salju, ia mengambil sisi positifnya. Ia bisa leluasa melakukan aktivitasnya dengan baik. Ini berbeda ketika salju turun. Kondisi yang licin kerap membuatnya tak berani keluar rumah.
Cuaca dingin yang berangin seperti yang kurasakan ternyata tak mengurangi antusiasme warga sekitar untuk memanfaatkan sungai yang membeku. Bermain ski di sungai di Bei Hai Park Beijing atau mencari ikan. Pemandangan serupa juga terjadi di Haihe River, Tianjin (saat gambar diambil suhu minus 7 derajat). Bahkan ada beberapa pemuda yang juga nekad “berendam” di pecahan es.
Beihai Park yang terletak di distrik pusat kota Beijing adalah taman kerajaan di Tiongkok zaman kuno. Luas taman ini 71 ha, merupakan taman istana di luar ibukota dari dinasti-dinasti Liao, Jin dan Yuan, dan taman kerajaan dinasti-dinasti Ming dan Qing. Beihai Park dijadikan taman umum sekitar tahun 1925 merupakan salah satu taman kerajaan paling kuno, paling utuh dan paling representatif. Tata ruangnya juga unik.
Di sekitar Bei Hai Park bertebaran corner-corner yang menyediakan cendera mata seperti keramik kahs China, teh dan perangkatnya, aneka topi rajutan, dan lainnya. Juga kafe-kafe yang buka hingga dini hari.
China memang menarik untuk dikunjungi. Semua bangunan sejarahnya berskala besar. Bisa satu kompleks perumahan besar di Indonesia. Di musim dingin seperti sekarang memang tak banyak wisatawan Indonesia yang mengunjungi China. Kebanyakan turis asing datang dari India, Inggris, dan Hongkong.
Berjalan mengelilingi tempat-tempat wisata itu lumayanlah untuk menghangatkan tubuh. Ini mengingat baju hangat yang kupersiapkan pun seolah tak kuasa menahan terpaan dingin.  Tangan dengan kaus tangan tebal pun masih serasa beku.
Aku tak melewatkan tempat favorit di Beijing yaitu Forbidden City, Tian An Men Square, Temple of Heaven, Bei Hai Park, The Summer Palace. Ini juga menjadi agenda hari pertamaku. Selain Temple of Heaven, yang juga menarik adalah Lama Temple, dan Temple of Confussious. Yang nonton Chow Yun Fat dalam Confussious perlu mengunjungi tempat tersebut.
Setelah mengunjungi The Ming Tombs, kami mampir ke The Scared Away. Tempat kedua ini memang tak banyak turis yang  menyempatkan kunjungannya. Untuk sekadar mengetahui sejarah panjang dinasti di China serta untuk foto-foto tempat ini layak diampiri.
The Ming Tombs adalah13 makam kaisar Dinasti Ming. Bangunan makam kaisar ini terbesar di dunia. Berada di kaki Gunung Yanshan, Distrik Changping, Beijing, luasnya sekitar 120 km persegi. Dalam kurun waktu 230 tahun sejak pembangunan Makam Changling (tahun1409) oleh Kaisar Yongle, Dinasti Ming sampai dimakamkannya Kaisar Chengzhen, kaisar terakhir Dinasti Ming, telah dibangun 13 makam kaisar yang sangat megah, 23 permaisuri, 2 putra mahkota, 30 lebih selir dan seorang kasim. Kini yang dibuka untuk umum adalah Makam Dingling dan Makam Changling. Di sini wisatawan dapat menyaksikan “istana bawah tanah” serta peti jenazah.
Begitu keluar dari istana bawah tanah, angin dingin “menyerbu” tanpa ampun di antara pohon-pohon yang berdiri kokoh di pemakaman. Dan makin terasa dingin mengiringi perjalanan menuju Great Wall.
Sangat istimewa ketika kaki menjejak di ujung pintu masuk Great Wall. Hembusan angin dingin tak dirasakan lagi karena perasaan senang yang membuncah. Tembok Besar China yang disebut sebagai salah satu keajaiban dunia ini merupakan tembok pertahanan yang dibangun dari satu titik ke titik lainnya. Tembok yang dibangun mulai tahun 1500 terdiri dari beberapa bagian yang tidak semuanya saling terhubung, namun terbagi atas section-section. Panjang totalnya lebih dari 6.000 km terbentang di sepanjang daerah utara daratan China, dan dibangun dari dinasti ke dinasti untuk menahan serangan dari Manchurian dan Mongolian.
Ada beberapa bagian dari Great Wall yang bisa dikunjungi wisatawan, misalnya Jinshaling, Mutianyu, Badaling, Simatai dan lainnya. Yang paling terkenal dan touristy adalah Badaling, karena paling dekat dengan Beijing, sudah direnovasi, dan dilengkapi sejumlah fasilitas seperti kafe untuk sekadar ngopi dan toko suvenir.
Lantaran itu, Badaling Great Wall sehari-harinya, terutama musim panas dan semi, sangat penuh oleh wisatawan. Bila lebih menyukai tantangan, disarankan mengunjungi Simatai Great Wall yang berjarak sekitar 120 km dari Beijing. Kelebihan Simatai dibandingkan Badaling adalah bagian temboknya masih original dan belum mengalami restorasi. Pemandangannya lebih indah karena ada sungai dan danau besar yang memisahkan tembok besarnya.
Badaling kala senja tentulah indah untuk diabadikan. Sayang matahari malu-malu. Makin larut, hembusan dingin makin menusuk. Untuk menghangatkan, Sup Rumput Laut, atau Beijing Roasted Duck layak dicoba. Tempat yang menyediakan menu favorit ini tersedia dimana-mana. Yang biasanya jadi jujukan para turis salah satunya adalah Donghuamen Night Market. Pusat jajanan terkenal ini menyediakan beragam pilihan. Tersedia pula aneka sea food, seperti kepiting, udang, cumi. Bahkan juga kalajengking. Tinggal pilih ingin dikukus/rebus, atau digoreng/bakar. Harganya beranjak dari 10 yuan. Untuk dessert pilihannya ada banyak sate aneka buah.
Selama musim dingin Beijing juga dihangatkan dengan lampu berwarna-warni, dalam Lights Festival. Kehangatan khas China juga bisa dirasakan ketika menyeduh teh, di sejumlah tea house. Yang terkenal ada di Ji Gu Ge Tea House, dan Ten’s Fu Tea di Wangfujing.
Aku dan dua temannya juga berburu teh. Temanku Herlina memilih Black Tea, aku Jasmine Tea, sedangkan Shinta Soedibjo, yang juga penggemar teh, memilih Blossom Tea. Dengan sabar Shinta menunggu saat-saat teh ini mekar dan memperlihatkan bunganya yang merah indah. Setelah itu teh dapat dihirup habis aroma maupun rasanya.
Di tea house, pengunjung bebas memilih jenis teh yang dikehendaki. Secangkir Blossom Tea, atau Jasmine Tea dapat dinikmati dengan harga kisaran 35 yuan RMB, atau sekitar 47 ribu rupiah.
Di tea house juga menyediakan bermacam teh yang bisa ditenteng untuk buah tangan. Selain teh, kain sutera China juga terkenal. Sasaran untuk belanja kain kunjungi saja Silk Market (Xiu Shui). Untuk barang-barang branded, Beijing punya seabrek mal yang menyediakan itu, ada Joy City, Solana, Place, dll. * Januari 2011









Tidak ada komentar:

Posting Komentar